ziddu.com

Affiliate

Free Website Hosting

Senin, 20 Juli 2009

2. Luka yang Terluka


Matahari bahkan belum nampak ketika tiba tiba ada suara gedoran di pintu belakang.... mbok sum kaget bukan kepalang, belum pernah ada orang yang datang melalui pintu belakang gubugnya yang reyot..dengan sigap mbok sum berteriak...

" Siapa .... ??????'

Tidak ada jawaban, tapi suara ketokan makin keras, seolah olah mencoba untuk mendobrak pintu belakang itu...

" ojo banter banter,, nek mbok surung ngono kui ambruk mengko omahku..." mbok sum berkata dengan keras...

" delo tak bukakne lawange.....

Pelan pelan mbok sum mendekati pintu tanpa menaruh rasa curiga sama sekali sambil membawa “lampu sentir” utk penerangan dapurnya... sebagai orang jawa yang selalu melakukan sesuatu dengan hati hati,, mbok sum membukakan pintu dengan pelan sambil tetap bertanya sekali lagi..

" siapa di luar ?? kenapa tidak lewat pintu depan .. kan pintu depan sudah dibuka..."

Pelan pelan pintu dibuka dan ... GUBRAKKK.. sesosok tubuh ambruk menggelimpang di depan pintu mbok sum........

“Astaqfirullahhh. Gustiiiiiiiiiii................”
Mbok sum berteriak,,,,,, menjerit jerit karena ketakutan...
“Ndukkkkkkk. sutiNii.............. tolong ndukkkkkkk........cepeeet......”.

Tubuh itu menggelimpang di depan pintu , dengan nafas terengah engah dia menatap mbok sum... "
“...mmbokkk aku tulungono mbokk..."....... dia memohon dengan penuh harap pada mbok sum..memohon pertolongan.. badannya penuh luka.. darah mengucur di sekeliling pelipis dan mulutnya....

Sutini yang sedang menyapu dan membersihkan bilik tempat tidurnya dengan mbok sum kaget bukan kepalang mendengar simboknya berteriak...

Seketika dia berlari menuju dapur. ,,, dan dia tertegun bahkan lemas melihat pemandangan yang belum pernah dilihat selama hidupnya..
Mbok sum sedang mencoba berdiri mengangkat tubuh seorang lelaki paruh baya yang kurus dan kusam dengan kondisi seperti habis dihajar orang sekampung. Darah berceceran di lantai dan membasahi baju mbok sum.

sutini berlari mendekat ke arah simboknya. sambil membantu simboknya dia bertanya,,, "ada apa mbok.. iki sopo mbok ??" kenapa kok dia da disini, dari mana dia ? sutini terus nyerocos bertanya sambil membantu mengangkat atau lebih tepatnya menyeret orang itu masuk ke ruang depan atau ruang tengah ( tidak ada bedanya antara ruang depan dan tengah bagi gubug reot seperti rumah mbok sum ini )

mbok sum sambil terus menarik tubuh itu dia malah menghardik sutini...
"wes ojo kakehan takon disik nduk, iki ditulungi disik iki...ayo direwangi di gelarke kloso nang ngarep kono."
Begitu sampe di ruang tengah, sutini memasang tikar butut yang sudah robek disana sini,, kemudian dia ambil bantal buat mengganjal kepala orang itu...

"Wes nduk kae banyune panas ono neng pawon,, jupukne disik wenehi banyu adem karo golek serbet go ngelapi tatune iki."

. mbok sum dengan sigap memberi aba aba dan perintah ke sutini,

Dan dengan sigap juga sutini melakukan perintah simboknya...
Pelan pelan mbok sum membersihkan luka luka orang itu sambil sesekali air mataya menetes seolah menahan kesedihan yang luar biasa....sementara org itu menahan rasa perih di sekujur luka di tubuhnya,

Sutini heran bukan kepalang menyaksikan pemandangan itu... dia tau, simboknya orang baik, tapi seumur hidupnya dia tidak pernah melihat simboknya menangis bahkan meneteskan air mata...

" mbok... " sutini bertanya pelan karena dia menyaksikan pemandangan yang tidak biasa dilihatnya..
" mbok...' ini sebenarnya ada apa ? siapa dia mbok ? kenapa dia tiba tiba muncul di rumah kita dengan kondisi seperti ini ???

mbok sum dengan welas asih terus membersihkan luka orang itu , bahkan dia tidak memperhatikan pertanyaan sutini.

Selesai dibersihkan, mbok sum berjalan ke dapur, dia mencari kencur di besek yang ditaruh di atas tungku, kemudian mengambil beras sejumput, dan menggerus keduanya dicampur lagi dengan beberapa rempah rempah lainya.. dengan pelan dia buatkan borehan untuk membalut dan mengobati luka ornng itu...

Dengan telaten mbok sum memborehi dan menutupi luka orang itu.. dan sementara karena menahan rasa perih sambil mengerang si orang itu akhirnya pingsan..

" mbok.. dia pingsan mbok.." gimana ini ''
" wes ora opo opo nduk ni... wes menengo disik " biar dia istirahat...

Akhirnya mbok sum selesai memborehi luka orang itu .. terlihat air matanya masih mengalir. Mata mbok sum mulai sembab dan merah sekali berusaha menahan kesedihan.

'mbok, sebenarnya dia ini siapa mbok ?? apa simbok mengenalnya ?"
kembali sutini bertanya pelan ke mbok sum..

mbok sum masih diam tak menjawab pertanyaan sutini. Malah sejurus kemudian mbok sum memandangi org itu dengan tatapan nanar, dan tajam,,,

Terlihat betapa kesedihan yang mendalam tampak dari sorot wajah mbok sum,, dan pada saat yang sama sejurus tatapan mbok sum terlihat sedemikian marahnya.

" kowe teko nggowo molo lee.."
' kowe wes dipatekne karo kabeh sedulur sedulurmu,,, nanging saiki kowe malah ono kene."
"Aku ora ngarep ngarep tekamu, nanging kowe teko malah koyo mengkene"...
"Opo isih kurang olehmu gawe sedihing atiku '
"Opoisih kurang olehmu gawe sedihing jenate bapakmu"
"Opo isih kurang olehmu gawe sedihing keluargamu ??
"Aku ora ngerti le, kowe teko kene iki gowo warto opo.. nanging aku wes kroso, yen kowe bakal gowo masalah ono omah iki maneh.."
'Aku wes cukup tentrem uripku karo anakku sutini,,, nanging saiki ora bakal podo maneh.'

Terus sambil berguman mbok sum menangis. Sesenggukan ..Kemudian dia melangkah keluar pintu dan kemudian duduk persis di bawah kentongan bambu yang digantung di emper rumahnya..

Sambil menangis dia menerawang jauh ... dan tampak pandangannya yang kosong...

" mbok.' Sutini duduk menjajari simboknya.
" mbok...' sambil menepuk pundak simboknya sutini mengulang pertanyaannya berkali kali.. tapi tidak ada sahutan dari simboknya yang sedang sibuk menangis.
dengan sabar sutini menunggu simboknya, dipeluknya simboknya dan dibiarkannnya simbok sum menangis sepuasnya...
' O alah Gustiii.. nyuwun ngapurooo"
" nyuwun ngapuro saking sedoyo kalepatan gustiiiiiiiiiiiii"" sambil menangis mbok sum terus merintih minta ampun pada Yang kuasa.

dengan sabar sutini memeluk simboknya dan menepuk nepuk pungung simboknya...'
Dia benar benar bingung dengan apa yang baru saja terjadi..
Sutini belum bernah melihat simboknya seperti ini...
Sosok mbok sum adalah sosok panutan bagi sutini, karena welas asihnya, karena kegigihannya dan karena kesabaran dan ketegarannya dalam menjalani hidup selama ini..

Sutini tidak tau harus berbuat apa menghadapi simboknya yang sedemikian kalut..
Sejuta pertanyaan berkecamuk di benak sutini...
' ada apa dengan simboknya.'
' Siapa laki laki yang baru saja ditolongnya ?
' Siapa dia dan darimana dia'
' Kenapa dengan datangnya laki laki itu, jadi berakibat yang sedemikian hebatnya dengan simboknya..'

sejuta pertanyaan berkecamuk di benak sutini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar