ziddu.com

Affiliate

Free Website Hosting

Senin, 20 Juli 2009

3. Bara Dalam Sekam Basah

” dek jaman berjuang,,,, jur kelingan, anak.. lanang....”
” biyen tak openi... jut saiki.. ono ngendi.....
” saiki wes bedo.....’

Di teras depan rumah sambil ngrinciki* kayu bakar, Mbok sum “rengeng rengeng*” nembang caping gunung* sembari sesekali meneteskan air mata. Dia tidak memperdulikan panas terik yang menyengat.. mbok sum tetap bersemangat merapikan kayu bakar yang didapat dari hutan kemaren yang belum sempat dirapikan dan dijual kepasar hari ini.. sesekali mbok sum mengasah parang janda*nya di ungkal* yang dia siapkan di sebelahnya..

Sutini benar benar sedih menyaksikan simboknya yang berubah sedemikian drastis...
sejak subuh, sehabis menolong laki laki yang sekarang masih tertidur pulas di ruang tengah.... simboknya tidak berkata apa apa...

Setiap kali ditanya, tidak mau jawab tetapi selalu makin sedih dan kembali menangis..
” ada apa sebenarnya dengan simbok ” apa yang terjadi dan siapa laki laki itu ?” sutini mendesah pelah, menarik nafas panjang sambil terus memperhatikan simboknya bekerja, merapikan daun jati dan ”daun awar awar * yang dikumpulkan dari hutan kemaren...

Dipisahkannya daun daun itu, setiap sepuluh lembar di ikat jadi satu ikatan kecil dengan menggunakan gedebog pisang yang sudah disiapkan tersendiri,

Yah seperti itulah kehidupan mbok sum dengan sutini setiap harinya. Mencari kayu bakar dan daun jati, daun awar awar untuk dijual ke langganan mereka.. Kayu bakar adalah untuk warung warung langganan mereka di pasar, sementara daun jati untuk warung nasi dan daun awar awar untuk pedagang tempe...

Bertahun tahun mbok sum hidup dari itu,, dan sutini juga sudah menjadi terbiasa dengan kondisinya. sejak kecil sutini diajarkan pada keadaan yang terpaksa harus dijalaninya..yang mungkin seumur dihupnya juga dia harus melakukan pekerjaan yang sama dengna simboknya..

Tanah sejengkal di samping rumah adalah kebanggaan mbok sum.. ditanami singkong dan cabe sepanjang tahun untuk makan mereka.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Sementara itu di tempat lain di ujung desa :

” Le, Kartubi,... mbok sudah to le, batalkan niyatmu mau menikah lagi …”
’ Kalau kamu tetap mau menikahi sutini, apa kamu sudah kamu fikirkan masak masak. ??
” Kalau kamu tetap menikahi sutini, lalu simboknya bagaimana ? apa kamu ajak dia ke sini apa tetap tinggal di rumahnya sana.....? sutini masih muda le,,, bahkan anak pertama mu wae lebih tua dari sutini... apa enggak malu le... anakmu saja sampai sekarang belum bisa menikah tp kamu malah mau kawin lagi sama prawan kencur..”
” apa tidka sebaiknya kamu lebih memikirkan darno anakmu supaya dia bisa cepat mendapatkan jodohnya...”

Mbah jarwo duduk bersila di lincak* teras rumah gedhong loji*., sambil ngisep rokok siong* yang baunya terkenal menusuk hidung..sambil terus ngoceh menasehati mandor kartubi anaknya.

” ora mbah.. simbah jangan ikut campur urusanku.. masalah darno mau kawin apa enggak itu urusanya sendiri... bocah ora nggenah, ora duwe dugo wani karo wong tuwo,, ora biso dikepenak ke..”
” masalah aku arep rabi karo sopo iku urusanku mbah.. kowe ora perlu melu campur.’
mandor kartubi sambil berdiri , dengan wajah kerasnya dia mengoceh mendengar tuturan mbah jarwo.”
” yang penting simbah disini hidup enak, makan kenyang sudah cukup.. jangan ikut campur dengan urusanku”

Mbah jarwo terdiam... dia tidak berani melanjutkan pembicaraan.. pandangannya menerawang jauh,,, diusianya yang sudah sangat tua memang dia dienakkan oleh kekayan mandor kartubi yang sudah terkenal sampai kecamatan sebelah.

mandor kartubi dikenal sebagai orang yang sangat temperamental tapi di suatu saat dia adalah orang yang sangat welas asih dan bertanggung jawab dengan apa yang diucapkannya..
Kalau dia ngomong iya berarti memang iya adanya..
Mandor kartubi adalah orang yang sangat jujur tetapi keras kepala.. tidak ada orang yang berani melanggar kata katanya.

6 kali dia menikah, tetapi dia sekarang diusianya yang sudah beranjak senja, berkepala 5 dia sangat kesepian... 3 istri pertamanya meninggal saat melahirkan anak anaknya, istri ke 4 diceraikan karena selingkuh dengan jogoboyo dan bahkan hamil karenanya,, istri ke 5 minggat dengan teman sesama pedagang di pasar kliwon, sementara istri ke 6 akhirnya di pulangkan ke orang tuanya karena dia tidak bisa mengasuh anak anaknya dari 3 istri pertamanya, dia hanya taunya makan, tidur dan main main ke rumah tetangga dan saudara saudaranya..
Dan karena kebiasaan buruknya, anak mandor kartubi yang ke 2 hampir meninggal karena keracunan.

Mandor kartubi adalah pekerja keras, yang tertempa oleh keadaan masa lalunya.. masa lalu yang keras, berangkat dari seorang blandong* kayu yang nyaris mati karena tertimpa kayu yang diblandongnya sendiri, dia tidak pernah bekerja sama dengan orang lain, tetapi semua dilakukannya sendiri, hanya demi menghidupi bapaknya yang sudah tidak kuat bekerja, dan demi menjaga kehormatan bapaknya agar tidak sampai mengemis di jalan dan minta makan ke orang orang di jalanan.

Di kemudian hari malah dia adalah orang nomor 1 dalam menjaga kayu kayu di alas jati.. dia akan memburu siapa saja yang ketahuan mblandong kayu tanpa ijin.

Di masa muda, mandor katubi terkenal akan kebrangasannya, tapi di sisi lain para gadis serasa keranjingan kalau mendengar atau melihat mandor kartubi.. karena perawakannya yang gagah.. tinggi besar dan tidak pernah berlaku kasar kepada perempuan. Dia selalu santun dan sangat menghargai perempuan. Mandor kartubi berprinsip bahwa dengan lemah lembut dan menghormati perempuan itu adalah salah satu cara dia menghormati ibunya almarhum yang meninggal sewaktu dia masih kecil.

Sambil terus ngoceh masalah keinginannya kawin lagi, mandor kartubi melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, megamat foto foto 3 istri pertamanya yang begitu dicintainya waktu itu.

” apa yang ingin kalian ucapkan dengan keinginanku untuk kawin lagi ? hanya kalian bertiga yang pernah aku percaya lahir batin, tetapi kalian begitu cepat meninggalkan aku.”
” apa kalian tau begitu sepinya hidupku ”
” semua aku punya, semuanya aku dapatkan di dunia ini”
” tapi aku begitu kesepian”
” untung kalian masih mewariskan anak anak kepadaku, meski Darno sudah mulai tidak bisa diatur”
” itu bukan salah kalian, tapi karena aku yang tidak mampu mendidik mereka dengan benar”
” tidak ada sosok ibu dalam kehidupan mereka”
” semua mewarisi kehidupan masa kecilku yang tidak memiliki seorang ibu”
” katakanlah, apa yang kalian ingin aku lakukan ”

Dengan menatap ketiga foto itu, mandor kartubi bertanya dan terus bertanya. Tentu tanpa pernah mendapatkan jawaban dari apa yang dia tanyakan.

Ditengah kesibukannya berbicara dengan ketiga foto istrinya, tiba tiba dia dikejutkan oleh kedatangan darno anak pertamanya..

” pak...” darno memanggil bapaknya dengan kalem.
” ya, ada apa ? ” mandor kartubi menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah anaknya.
” ada yang mau aku bicarakan dengan bapak, apa bapak punya waktu ?”
” ya, bicaralah, apa yang mau kamu bicarakan” tetap mandor kartubi menjawab tanpa menoleh.
” apa bapak sudah bulat niatnya mau kawin lagi ??”
” saya tidak pernah keberatan kalau bapak mau menikah lagi”
” saya pengen bapak punya teman hidup yang menemani bapak di usia bapak sekarang”
” tapi saya punya satu keinginan kecil untuk bapak”

Mandor kartubi menoleh mendengar penuturan anaknya..
” apa itu ? ”
Mandor kartubi mulai tertarik dengan pembicaraan anaknya.
” saya Cuma pengen, kalau bapak pengen menikah lagi, tolong jangan menikah dengan sutini”

Sejurus kemudian dia menatap mata anaknya dengan tajam.
” masalah aku mau kawin dengan siapa kamu ndak usah turut campur le darno anakku...”
” kenapa kamu melarang aku menikah lagi dengan sutini ??”

Kemudian mandor kartubi membalikkan pertanyaan darno dan membuat darno gelagapan...
” pokoknya bapak ndak boleh menikah dengan sutini..”
” kenapa .. ?” mandor kartubi kembali bertanya..
” apa kamu sudah menjadi orang suruhan mbahmu sekarang ini le.. ?? ”

sejurus mandor kartubi bertanya dengan arif kepada darno...dia berusaha manhan gejolak amarahnya, tetapi sejak kelahiran anaknya mandor kartubi sedemikian sayang sama anaknya, meskipun di depan orang sia suka misuhi* anak anaknya itu.

” kenapa le aku ndak boleh menikah dengan sutini ?” kembali mandor kartubi bertanya kepada anaknya dengan arif.

Didekatinya darno, dan kemudian ditariknya darno ke kursi di sebelahnya.

” sini duduk sini le..” dengan arif mandor kartubi berbicara
” apakah kamu tdak ingin melihat bapakmu punya pendamping le ??
” sejak kematian ibu mu, ibune denok, dan ibune kuncung” aku selalu kesepian,, ibu ibumu yang lain ternyata hanya mau harta benda bapak saja... apakah kamu kuatir itu terjadi lagi kalau aku kawin sama sutini le..??

darno mendengarkan tutur kata bapaknya sambil menunduk kan kepala dan sejurus kemudian melihat foto ibunya yang tidak pernah dikenalnya..

” bukan itu pak,, tapi sutini masih terlalu muda untuk bapak, bahkan aku lebih tua dari sutini,”
” bagaimana aku akan memanggilnya nanti ?”

Dengan sedikit berkilah darno menjelaskan kepada bapaknya tentang ketdak setujuannya kalau sampai mandor kartubi kawin dengan sutini..
” aku tidak masalah bapak mau kawin sama siapa, tapi tolong pak dipertimbangkan sekali lagi, tolong jangan kawin dengan sutini pak”
’ masih banyak janda janda yang lebih berumur yang lebih baik, atau setidaknya bapak cari yang umurnya seimbang dengan bapak yang lebih bisa bapak ajak bicara untuk mengisi hari tua bapak.’

Dengan terbata bata darno mencoba mempengaruhi bapaknya.
” tidak... ” mandor kartubi berkatdengan mantab,
” aku sudah memutuskan le. Aku akan menikah dengan sutini, aku tau dia orangnya baik, aku tau didikan mbok sum akan membuat dia menjadi seorang istri yang baik dan setia” dan aku percaya bahwa sutini akan menjadi bagian dari keluarga ini..”

Darno terdiam.. tidak mampu lagi mengeluarkan kata kata. Dia tau sifat bapaknya, kalau sudah berkata maka dia pasti akan melakukakannya sepanjang itu dianggapnya benar.
masih dalam diamnya, darno berdiri dan melangkah pergi tanpa pamit kepada bapaknya....”

mandor kartubi melihat itu dengan sedikit kaget, dia tidak pernah melihat anaknya bersikap seperti itu, darno selalu pamit kemanapun akan pergi maupun meninggalkan pembicaran seperti itu.

” Le.. aku belum selesai bicara, jangan kau pergi sepert itu, tidak sopan meninggalkan orang yang sedang berbicara kepadamu”

Tapi darno tidak memperdulikan bapaknya...
Dia terus melangkah kan kakinya meninggalkan ruang tengah menuju ke depan dan beberapa saat kemudian dia sudah pergi ke luar.

Mbah jarwo menyaksikan darno pergi dengan tergesa gesa,, dan dia hanya melongo tanpa sempat bertanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar